nama:Eko Prasetyo
npm : 16209162
PENALARAN DALAM PROSES BERBAHASA
Penalaran adalah suatu proses
berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh
suatu kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat di ukur dan dikenali .
untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta
dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakn panca indera,
melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita
dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan
dan menghubung-hubungkan . Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi.
Penalaran dapat dibedakan dengan
cara induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah merupakan sintesis antara kedua
penalaran ini. Penalaran induktif ialah proses berpikir yang bertolak dari satu
/sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan. Sedangkan
penalaran deduktif ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip,hukum,
putusan yang berlaku umum untuk suatu gejala atas prinsip umum tersebut di tarik
kesimpulan tentang suatu khusus yang merupakan bagian dari gejala di atas.
Metode dalam menalar
Metode induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif. Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴ Jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
•
> Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
Jika seseorang melakukan penalaran,
maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika
syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau
sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di
sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal
berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan
berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan
sebagai premis tepat.
Penggunaan Bahasa Indonesia
dalam proses penalaran
bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan
sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah
alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi
Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam proses penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang
akan disajikan pada penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas
proses penalaran digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah.
Peranan Bahasa Indonesia
dalam Konsep Ilmiah
Dalam
Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting
dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan
sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan struktur bahasa yang
Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.
Peranan
tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun
tulisan – tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun
skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Beberapa
hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada
setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa
sejarah.
Selain
kaidah penggunaan huruf kapital tersebut, masih banyak aturan penggunaan Bahasa
Indonesia yang lainnya. Terkadang, dalam publikasi tulisan ilmiah juga, kita
menggunakan kata serapan dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari
bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Untuk
penulisan kata-kata serapan tersebut juga ada aturan dalam penulisannya, dimana
berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan besar.
Pertama,
unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya
masih mengikuti cara asing.
Kedua,
unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah-kaidah
tersebut tertuang dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Dengan adanya kaidah / aturan ini, maka tulisan ilmiah yang dibuat menjadi
lebih Obyektif, Metodis, Sistematik, Terstruktur dan Universal khususnya dalam
penggunaan bahasa sesuai dengan makna konsep Ilmiah itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar