Nama:EKO PRASETYO
Nmp:16209162
Kelas:3EA12
Jurnal 1
Judul: analisis factor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor Indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter
krisis moneter
Pengarang:herdiansyah eka putra
tahun :2009
tema : kegiatan ekspor impor
LATAR BELAKANG
fenomena
Krisis moneter melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, yakni
lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup
dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Memang krisis ini tidak
seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja, karena sebagian
diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang bertubi-tubi di tengah
kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena
musim kering panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama,
kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan
yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu dan
kelanjutannya. (Tarmidi, 1999).
Krisis moneter ini terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia
di masa lalu dipandang cukup kuat dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia
(lihat World Bank: Bab 2 dan Hollinger). Yang dimaksud dengan
fundamental ekonomi yang kuat adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, laju inflasi terkendali, tingkat pengangguran relatif rendah, neraca
pembayaran secara keseluruhan masih surplus meskipun defisit neraca
berjalan cenderung membesar namun jumlahnya masih terkendali, cadangan
devisa masih cukup besar, realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan
sedikit surplus. Namun di balik ini terdapat terdapat beberapa kelemahan
struktural seperti peraturan perdagangan domestik yang kaku dan berlarut-
penelitian sebelumnya
Pada tahun 1998 nilai ekspor non migas Indonesia telah mencapai
83,88% dari nilai total ekspor Indonesia. Sementara itu pada tahun 1999
peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau
nilainya 38.873,2 juta US dollar (turun 4,00 persen poin). Hal ini berkaitan
erat dengan krisis moneter yang melanda Indonesia. Tahun 2000 terjadi
peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total maupun tanpa migas, yaitu
menjadi 62.124,0 juta US dollar (27,66%) untuk total ekspor dan 47.757,4
juta US dollar (22,85%) untuk non migas. Namun peningkatan tersebut tidak
berlanjut di tahun berikutnya.
Pada tahun 2001 total ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta US dollar
atau menurun 9,34%. Demikian juga untuk ekspor non migas yang menurun
8,53%. Di tahun 2002 ekspor kembali mengalami sedikit peningkatan
menjadi 57.158,8 juta US dollar atau naik 1,49%, hal yang sama terjadi pada
ekspor non migas, yang naik 3,12% menjadi 45.046,1 juta US dollar. Di
tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta US dollar
atau naik 6,82%. Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas, yang naik
5,24% menjadi 47.406,8 juta US dollar. Tahun 2004 ekspor kembali
mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta US dollar atau naik 17,24%.
Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas, yang naik 18% menjadi
55.939,3 juta US dollar. Pada tahun 2005 ekspor juga mengalami peningkatan
menjadi 85.660,0 juta US dollar atau naik 19,66%, begitu juga dengan ekspor
non migas naik 18,75% menjadi 66.428,4 juta US dollar.
masalah
Berdasarkan uraian dan pertimbangan yang sejalan dengan latarbelakang masalah maka pokok permasalahannya adalah “Bagaimana dan
seberapa besar pengaruh Nilai Tukar (Kurs Valuta Asing), Inflasi, Produk
Domestik Bruto (PDB), Penanaman Modal Asing (PMA), dan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) periode sebelum dan sesudah krisis terhadap
nilai Ekspor Indonesia
motivasi peelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kondisi
ekonomi dan perkembangan ekspor di Indonesia.
2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini.
3. Sebagai bahan informasi dan bahan studi perbandingan untuk
penelitian atau kajian serupa.
4. Bagi pemerintah baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif
sebagai bahan rujukan dalam menentukan setiap kebijakan.
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh Nilai Tukar
(Kurs Valuta Asing), Inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), Penanaman
Modal Asing (PMA), dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
terhadap perkembangan nilai Ekspor yang ada di Indonesia.
Metode penelitian
Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel
independent (Kurs Valuta Asing, Inflasi, PDB, PMA, dan PMDN) terhadap
variabel dependent (Ekspor) maka digunakan model analisis Chow Test.
Adapun model yang digunakan :
Sebelum Krisis : Xt1 = λ1 + λ2 PDBt + λ3 It + λ4 PMAt + λ5 KURSt + λ6
1991. 1 – 1997. 2 PMDNt + Ut
Sesudah Krisis : Xt2 = β1 + β2 PDBt + β3 It + β4 PMAt + β5 KURSt + β6
1997. 3 – 2005. 4 PMDNt + Ut
Gabungan : X = α1 + α2 PDBt + α3 It + α4 PMAt + α5 KURSt + α6
PMDNt + Ut
Dimana,
X : Ekspor pada periode t
λ1, β1, α1 : Konstanta
λ2 – λ6, β2 – β6, α2 – α6 : Koefisien regresi
PDBt : Produk Domestik Bruto pada periode t
It : Inflasi pada periode t
PMAt : Penanaman Modal Asing pada periode t
KURSt : Kurs Valuta Asing pada periode t
PMDNt : Penanaman Modal Dalam Negri pada periode t
Ut : variabel pengganggu
hipotesis
Pengaruh inflasi domestik akan mengganggu kestabilan harga-harga
yang pada akhirnya akan membuat ketidakstabilan ekonomi, sehingga akan
menyebabkan kelesuan perekonomian dalam negeri. Inflasi yang tinggi di
dalam negeri menyebabkan turunnya laju ekspor karena volume produk untuk
ekspor turun dan harga barang ekspor menjadi kurang kompetitif di pasaran
Internasional sehingga mengurangi keuntungan ekspor secara riil.
hasil
Perkembangan Nilai Ekspor (juta US $), 1991-2005
tahun | Total ekspor | Ekspor non migas |
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 | 29.142,4 33.967,0 36.823,0 40.053,4 45.418,0 49.814,8 53.443,6 48.847,6 48.665,4 62.124,0 56.320,9 57.158,8 61.058,2 71.584,6 85.660,0 | 18.247,5 23.296,1 27.077,2 30.359,8 34.953,6 38.093,0 41.821,1 40.975,5 38.873,2 47.757,4 43.684,6 45.046,1 47.406,8 55.939,3 66.428,4 |
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi ekspor adalah kurs
Valuta Asing. Dalam pembayaran transaksi kita dihadapkan pada dua macam
mata uang, yaitu mata uang domestik dan luar negeri. Adanya perbedaan
mata uang yang digunakan di negara pengekspor dengan negara pengimpor
mengakibatkan adanya masalah, antara lain Kurs Valuta Asing. Kurs Valuta
Asing merupakan harga valuta asing persatuan uang dasar yang didinyatakan
dalam mata uang negara yang bersangkutan (Soediono, 1991:100).
Kalau seseorang eksportir mengekspor sejumlah barang ke Amerika
Serikat, maka ekspor itu dinyatakan dengan mata uang dollar Amerika. Untuk
menyelesaikan pembayarannya, eksportir Indonesia harus menukarkan mata
uang rupiah dengan mata uang dollar (US dollar) berdasarkan perbandingan
Inflasi menjadi salah satu faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
ekspor. Inflasi pada dasarnya merupakan situasi yang sangat komplek, baik
dari segi penyebabnya maupun pengaruhnya. Masalah inflasi sudah dialami
oleh sebagian besar negara yang ada di dunia, terutama oleh negara-negara
yang sedang membangun dengan tingkat yang berbeda-beda. Tingkat inflasi,
yaitu prosentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu,
biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi.
implikasi
Perlu adanya studi lanjutan tentang studi kasus mengenai analisa ekonomi komoditas unggul untuk memaksimalkan hasil ekspor.
Jurnal 2
Judul Jurnal : Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya terhadap pertumbuhan Ekonomi Indonesia-Lihan,
Pengarang: Irham and Yogi
Tahun: (2003)
Tema : kegiatan Ekspor Impor
Latar belakang masalah
Fenomena
Perkembangan ekspor impor di Indonesia memangmembutuhkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Pihak – pihak terkait yang memang menjadikan bisnis ekspor impor ini sebagai mata pencaharian.
penelitian sebelumnya
Perkembangan Ekspor Indonesia akan berpengaruh atau tidak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesai akan sangat tergantung pada struktur komoditas andalan ekspor Indonesia. Indonesia sebagai negara kecil di pasar global untuk hampir semua produk ekspor, artinya Indonesia adalah price taker. Kondisi ekspor nasional juga tergantung pada harga komoditas dunia dan nilai tukar.
motivasi penelitian
Keyakinan bahwa negara kita bisa mengekspor barang – barang buatan sendiri dengan kualitas yang tidak kalah baik dari negara tetangga.
Masalah
Indonesia belum bisa menghasilkan barang buatan sendiri dengan kualitas dan harga yang baik. Indonesia sendiri masih sering dibayangi rasa takut akan gagal panen yang sering dialami. Ketidakberdayaan pemerintah untuk mengajak masyarakat agar melakukan diversifikasi, membuat Indonesia masih sering bergantung pada barang-barang impor.
Tujuan penelitian ini :
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ekspor Indonesia dan pengaruh pertumbuhan ekspor pada pertumbuhan GDP Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode meta-analisis yaitu metode survey yang dilakukan terhadap data-data yang terdapat di dalam beberapa Jurnal penelitian dan artikel. Pengumpulan data yang di download dari Badan Pusat Statistik (BPS),Departemen Perdagangan (Depdag), Departemen Pertanian (Deptan) dan Bulog. Pengumpulan data juga diperoleh dari data sekunder eksternal yang merupakan data dari luar, dan Data kualitatif yang bersifat tidak terstruktur.
Data dan sampel
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang merupakan data dari luar. Pengumpulan data disusun dalam data urut waktu (time series) dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2001.
Variabel
Variabel terdiri dari Ekspor tahun berjalan, Ekspor tahun lalu, (ekspor – impor) tahun lalu, Hutang LN tahun lalu, Devaluasi dari tahun 1984-2001.
Tahapan Penelitian
Tahapan Penelitian disini menggunakan Riset data yang telah tersedia. Dengan adanya data urutan waktu yang telah diringkas.
hipotesis
Dengan meningkatnya perkembangan ekspor akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi domestik. Jika Indonesia hanya didominasi oleh komoditas ekspor yang keempat, maka perkembangan ekspor indonesia tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi domestik
Hasil dan analisis
Secara umum komoditas indonesia di kelompokan menjadi empat macam (A)komoditas ekspor indonesia dari hasil komponen impor rendah kekuatan modal produksinya sepenuhnya di kuasai oleh pemodal nasional (b )komoditas impor yang modal produksinya kuasai oleh pihak asing (c) komoditas ekspor dari hasil impor tinggi di kuasai oleh pemodal nasional (D) komoditas ekspor dari hasil impor tinggi dikuasai oleh pihak asing sepenuhnya.dan dari ke empat hasil komoditas tersebut indonesia dapat melakukan perkembangan ekonomi karena dari hasil ekspor tersebut banyak keuntungan yang di dapat bagi indonesia
implikasi
Komoditas ekspor Indonesia harus bisa dikembangkan. Tidak hanya dibidang pertanian saja, tetapi disemua bidang. Ekspor Indonesia jangan hanya bergantung pada bahan mentah sumber daya alam. Itu hanya membuat negara kehilangan potensi menyejahterakan dan memeratakan pembangunan bagi rakyat dalam jangka panjang.
Jurnal 3
Judul:permintaan impor gula indonesia
Pengarang: desy maharani
Tahun :2006
Tema: kegiatan ekspor impor
Latar Belakang
Fenomena
Gula merupakan komoditi penting bagi Indonesia. Selain sebagai salah
satu bahan makanan pokok, gula juga merupakan sumber kalori bagi masyarakat
selain beras, jagung dan umbi-umbian. Sebagai bahan pemanis utama, gula
digunakan pula sebagai bahan baku pada industri makanan dan minuman.
Keberadaan pemanis buatan dan pemanis lainnya sampai saat ini belum
sepenuhnya bisa menggantikan keberadaan gula pasir. Karenanya gula menjadi
semakin penting perannya pada kebutuhan pangan masyarakat.
Membicarakan gula sebagai komoditi tentu saja tidak dapat dilepaskan
dari sejarah keberadaan industri gula di Indonesia. Jika dilihat dari sejarah
perkembangannya, industri gula di Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah
kolonial Belanda pada abad ke 19 untuk tujuan ekspor. Indonesia terutama Jawa
pernah mengalami jaman keemasan dalam produksi gula tebu pada tahun 1928.
Dalam tahun 1928 ini industri gula menghasilkan tiga perempat dari ekspor Jawa
keseluruhan dan industri ini telah menyumbang seperempat dari seluruh
penerimaan pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu terdapat 178 pabrik gula
yang mengusahakan perkebunan di Jawa dengan luas areal tebu yang dipanen
kira-kira 200.000 hektar dengan produktivitas 14,8 persen dan rendemen
mencapai 11-13,8 persen telah menghasilkan hampir 3 juta ton gula.
Penelitian Terdahulu
1. Ernawati dan Isang Gonarsyah
Ernawati dan Isang Gonarsyah meneliti mengenai analisis ekonometrik
pasar gula Indonesia memasuki era liberalisasi. Pada penelitian ini dikemukakan
sistem persamaan model dasar dan model perdagangan bebas struktur pasar gula
Indonesia yang diantaranya membahas masalah impor gula. Di dalam persamaan
model dasar dan model perdagangan bebas untuk impor gula sama yaitu bahwa
variabel impor dipengaruhi oleh harga riil gula dunia (PW), total produksi (P),
jumlah populasi (POP), pendapatan (I), nilai tukar (ER) dan impor tahun
sebelumnya (QMt-1) dan merupakan penjumlahan dari permintaan gula rumah
tangga dan industri. Persamaan impor tersebut sebagai berikut :
0 1 2 3 4 5 6 4 QM t = d + d PWt + d QPt + d POP + d I + d ER + d QM t −1+U
= QDRT t +QDINDt
Hasil yang diperoleh adalah bahwa secara keseluruhan hasil analisis
regresi menunjukkan keragaan impor gula dengan cukup baik dijelaskan oleh
peubah-peubah harga gula dunia, produksi gula, jumlah populasi, pendapatan per
kapita, nilai tukar rupiah terhadap dolar dan impor tahun sebelumnya. Namun dari
keenam peubah tersebut hanya dua peubah yang berpengaruh nyata pada impor
yaitu nilai tukar dan populasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh
negatif dengan elastisitas 0,33, sedangkan populasi berpengaruh positif dengan
elastisitas 0,52.
2. M. Faruk Aydin, Ugur Ciplak dan M. Eray Yucel
Penelitian tentang model permintaan impor dan penawaran ekspor di Turki
oleh M. Faruk Aydin, Ugur Ciplak dan M. Eray Yucel mengemukakan bahwa
impor dipengaruhi oleh nilai tukar dan pendapatan nasional. Dalam penelitian ini
dikemukakan model permintaan impor oleh Khan (1974) pada periode 1951-1969
yang menyebutkan bahwa impor dipengaruhi oleh nilai satuan impor (PM),
tingkat harga domestik (PD) dan GNP riil (Y) negara tersebut. Fungsi permintaan
impor tersebut adalah :
logM d = a + a log(PM / PD ) + a logY +U 0 1 2
Selanjutnya Bahmani Oskooee dan Niroomand (1998) menggunakan model
sebagai berikut :
logM = a + blog(PM / PD) + c logY + e
Hasil penelitian M Faruk Aydin ini menunjukkan bahwa peningkatan
pendapatan dan atau nilai tukar mengakibatkan kenaikan impor. Koefisien untuk
pendapatan adalah 1,999429 dan untuk nilai tukar sebesar 0,403059.
Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa terjadi permasalahan akibat volume impor gula yang relatif tinggi dan
menurunnya produksi gula nasional. Impor gula yang begitu besar dengan
peningkatan yang terjadi secara drastis seharusnya tidak terjadi pada negara besar
seperti Indonesia karena hal ini akan berpengaruh buruk pada keberlangsungan
industri gula dalam negeri dan ketahanan pangan nasional. Kebijakan pemerintah
yang melepaskan penguasaan tataniaga gula dari Bulog di tahun 1998 merupakan
salah satu penyebab utama meningkatnya impor gula ini. Selain itu penurunan
secara drastis produksi gula dalam negeri juga ikut berperan di dalamnya. Pada
tahun 1997 produksi gula dalam negeri mencapai 2,2 juta ton, namun kemudian
pada tahun 1999 merosot ke tingkat 1,5 juta ton. Merosotnya jumlah produksi
semakin memperparah ketergantungan kita akan gula impo
motivasi
1. Bagi penentu kebijakan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam hal
pergulaan di Indonesia.
2. Bagi pembaca dapat digunakan sebagai masukan untuk dikembangkan
dalam penelitian lebih lanjut.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya
impor gula di Indonesia.
2. Untuk menganalisis elastisitas impor masing-masing faktor yang
berpengaruh pada impor gula di Indonesia.
hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Produksi gula di dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap volume impor
gula Indonesia.
2. Produksi gula di dalam negeri satu tahun sebelumnya berpengaruh signifikan
terhadap volume impor gula Indonesia.
3. Harga gula lokal berpengaruh signifikan terhadap volume impor gula
Indonesia.
4. Harga gula di pasar dunia berpengaruh signifikan terhadap volume impor gula
Indonesia.
5. Pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap besarnya impor gula
Indonesia.
6. Pendapatan perkapita satu tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
besarnya impor gula Indonesia.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari variabel-variabel terkait adalah sebagai berikut
1. Impor gula Indonesia (M) adalah total volume impor gula Indonesia yang
diimpor dari berbagai negara dalam satuan ribuan ton yang diambil dari
www.fao.org.
2. Produksi gula di dalam negeri (PDN) adalah produksi gula di dalam negeri
dalam laporan produksi gula terbitan P3GI dengan satuan ribuan ton.
3. Produksi gula di dalam negeri tahun t-1 (PDNt-1) adalah produksi gula di
dalam negeri satu tahun sebelumnya dalam laporan produksi gula terbitan
P3GI dengan satuan ribuan ton.
4. Harga gula lokal (HDN) adalah harga gula pasir lokal rata-rata pada
perdagangan besar di beberapa propinsi di Indonesia dalam Statistik Harga
Perdagangan Besar terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rupiah per
kilogram.
5. Harga gula di pasar dunia (HPD) adalah harga rata-rata tahunan perdagangan
gula dunia berdasarkan London Daily Price dalam satuan Cents / pounds yang
diambil dari yang diubah dalam rupiah per kilogram.
6. Pendapatan perkapita (Y83) adalah pendapatan nasional dibagi jumlah
penduduk atas dasar harga konstan tahun 1983 yang diperoleh dari Statistik
Indonesia terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satuan rupiah.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu
(time series) tahun 1980 sampai tahun 2003 yang merupakan data sekunder yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, P3GI (Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia) di Pasuruan, dan www.ers.usda.gov
Hasil
Produksi gula di dalam negeri berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
volume impor gula dengan elastisitas sebesar -1,307. Artinya perubahan satu
persen produksi gula dalam negeri akan mengakibatkan penurunan volume
impor gula sebesar -1,307 persen. Hal ini disebabkan karena impor dilakukan
apabila produksi lokal tidak mencukupi, karenanya besarnya produksi menjadi
pertimbangan penting dalam menentukan volume gula yang akan diimpor. Hal
ini menunjukkan hubungan saling menggantikan (substitusi) antara gula lokal
dan gula impor. Atau dengan kata lain kelebihan permintaan (excess demand)
pada komoditi gula yang tidak terpenuhi oleh produksi gula dalam negeri
dapat digantikan oleh adanya gula impor yang masuk. Semakin besar produksi
gula, semakin kecil gula impor yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
masyarakat, sehingga produksi berpengaruh negatif terhadap volume impor
gula. Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (1999) juga memasukkan faktor
produksi gula dalam negeri sebagai faktor yang berpengaruh pada volume
impor gula Indonesia.
Implikasi
Indonesia jangan hanya bergantung pada impor prodak asing.Itu hanya membuat negara kehilangan potensi menyejahterakan dan memeratakan pembangunan bagi rakyat dalam jangka panjang.dengan memberdayakan potensi gula naisonal pemerintah tidak hanya mensejahterakan rakyat.indonesia pu dapat mengekspor produk gulanya ke luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar